Dia. bernama JA.
Mengapa disingkat? Yah nanti pasti kamu tahu di akhir cerita. :)
Kami pacaran. Menginjak bulan ke delapan.
Baru sebentar? Iya. Sudah lama ya? Iya.
Waktu begitu relatif bagi mereka yang jatuh cinta.
Ngomong-ngomong jatuh cinta, aku tak habis pikir kenapa aku bisa menaruh hati padanya.
Dia separuh Cina. Aku Jawa.
Haha. Ini lucu. Karna seringkali aku ngrasani tentang lelaki Cina . Inilah, itulah. Tapi kamu pasti tahu kan bahwa Tuhan memang suka hal yang lucu-lucu? :)
Dia Kristen. Aku Katolik.
Ini lebih lucu. Entah sudah berapa kali kudengungkan bahwa aku harus punya pasangan yang seagama.
Selalu sinis pada pasangan beda agama dan mewanti-wanti bahwa takkan terjadi pada diri sendiri.
I was swallowing my word. :)
Aku sedih kalau ada yg beranggapan aku mau dengannya karna dia adalah seorang dokter.
Kamu pikir mudah?
Ngambekmu itu tidak menjadi penting kalau ada nyawa yg harus diselamatkan.
Marahmu itu bisa dinegosiasi tidak begitu dengan detak jantung seseorang.
Aku lebih suka dikenal dengan Kenia pacar JA, yang berprofesi sebagai dokter.
Daripada Kenia, pacar dokter yang bernama JA.
Bisa bedakan?
Aku ingin bilang bahwa aku sangat beruntung memilikinya.
Namun aku sedang tidak berdagang yang hanya sekedar untung dan rugi.
Aku ingin bilang bahwa aku sangat menikmati keberadaannya.
Aku bisa sesak jika saat ini harus membayangkan tanpa ada dia yang menyambut kebawelanku yang tidak penting dengan " Sini sini tium.. :* "
Bahagia? Hampir. Kami sedang bersama-sama menuju kebahagiaan.
Dia bernama JA.
Semoga di sini dia yang terakhir aku tulis tentangnya.
Dia bernama JA.
Biarlah aku menyingkatnya, sampai nanti kusebutkan nama lengkapnya di depan altar gereja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar