 |
| Congratsss < :D |
Saya termasuk orang yang heran dan bertanya-tanya waktu dia memutuskan untuk nikah. Dia anak tunggal, cewek, dan setau dan sepenglihatan saya, dia tipe cewe yg bener-bener manja... Dan yang terbiasa hidup nyaman dengan segala keberadaan keluarganya. Seolah-olah she gets everything she wants. Aku masih inget, sedikit envy waktu dia ulangtahun yang ke 17 , dia dihadiahi laptop sama Om (Ayahnya), yang pada saat itu laptop masih barang mewah dan ngga terlalu sehappening sekarang. Dan aku inget, dia katanya pengen punya motor, seketika itu juga Om beliin motor buat dia. Padahal setelah dibeliin motor, dia cuma pernah naikin sekali dan akhirnya dia ga pake lagi, sampe motor itu ngga digunain dan beberapa tahun dijual. Dan... ga lama setelah itu, she got her first car. Owemji. Ya, segitu cukup ya buat nggambarin betapa easy dan wonderful hidupnya.
Terus aku mulai bertanya-tanya, "Emang dia bisa jadi ibu rumah tangga? Orang apa apa aja masih nyuruh Mamanya. Emang dia bisa masak, emang dia bisa nyuci, bla bla bla", dan berbagai macam pertanyaan under estimate lainnya. Apalagi Mas Ivan (suaminya) adalah seorang Angkatan Darat. Dia bisa ditugaskan dimanapun dan kapanpun. Dia bukan warga sipil, dia milik negara, dia harus mengabdi pada negara. Eng ing eng, after they got married, they are placed on Biak (Papua), which is the East-est part of Indonesia.
Aku yakinnnnn, di sana ga ada tempat perawatan macam Ella , Natasha, Larissa , atau skin care lainnya dalam radius 10km. Ga ada mall, sinyal susah, ga ada kafe, dan lain-lain lah. And i started thinking bout it, Can Stella live without that?
Oke, dia emang cewek manja, cewek yang ngga ngerti betapa susahnya dapetin barang yang dia inginkan sampe harus nunggu lama, cewek yang selalu tersedia apa yang dia inginkan, tapi dia berani buat KELUAR dari COMFORT ZONE nya. She has decided. Dia akhirnya memutuskan untuk menikah, dan yang pasti sudah mempertimbangkan semua resiko yang bakal dia dapat. Ga main-main, ini BIAK. Bukan cuma Malang, atau Wonogiri atau Klaten. Dia berani ambil resiko untuk benar-benar menempuh hidup baru setelah dia menikah.
Flashback dikit, kemarin kami sekeluarga besar ada syukuran dan makan-makan bersama, buat mensyukuri karna semuanya berjalan lancar. Waktu mau pulang, aku ngomong sama Stella, "Heeii kamuu nanti udah berangkat ya jam 3 pagi ke Biak..", dia pun menanggapi sapaanku. Ngga sadar tiba-tiba air mata udah menggenang. ada rasa haru, berat, sedih. Salah satunya karna ditinggalkan saudara sepupu yang hampir sebaya, tapi yg dominan adalah karna tiba-tiba dapat sentilan, " Ini lho, perempuan yang selalu kamu anggep manja, dia berani nanti jam 3 pagi buat penerbangan, keluar dari Solo, ke tempat antah berantah, cuma berdua sama suaminya, di tempat yg benar-benar asing dan jauhhh".
Back ke masa sekarang. Aku jadi ngerasa, oke aku emang hidup setiap hari. Tapi kaya jalan di tempat, ga kemana-mana . Di situ-situ aja. And the worst thing is, i dont have any fearlessness i dont have any bavery i dont have any boldness to outta my comfort zone. Aku memilih untuk tinggal di zona nyamanku daripada keluar dan mencari tantangan baru yang mungkin lebih memberiku arti hidup yg sebenernya.
Aku pengen, aku menjadi orang yang pemberani. Berani memilih, berani mengambil keputusan, berani menerima resiko, berani untuk sebuah tantangan, berani pada hal-hal yang baru. Aku pengen suatu saat, aku bisa maju ke depan buakn hanya jalan di tempat kaya hari ini.
Aku bakal coba dari hal-hal yang kecil, aku belum tau apa contohnya. Tapi setelah aku dapet pelajaran ini, aku harus menambah keberanianku karna hidup bukan hanya sekedar menikmati kenyamanan tapi bagaimana cara kita mengupayakannya....
Thanks Stella, u gimme a lot of learning :)
Be happy whereever you are, see you next year, see you on the other occasions. :'))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar